Standar Kompetensi : 1. Menganalisis Perjalanan Bangsa Indonesia dari negara tradisional, kolonial, pergerakan kebangsaan, hingga terbentuknya negara kebangsaan sampai proklamasi kemerdekaan Indonesia
Kompetensi Dasar : 1.5 Menganalisis Proses Interaksi Indonesia-Jepang dan Dampak Pendudukan Militer Jepang terhadap Kehidupan Masyarakat di Indonesia
Indikator : - Mendeskripsikan pemerintahan Jepang di Indonesia pada awal dan akhir masa pendudukan
- Mendeskripsikan dampak kebijakan politik, ekonomi, sosial, dan budaya pemerintah pendudukan Jepang terhadap kehidupan masyarakat di berbagai daerah
Kedatangan Jepang di Indonesia
• Pada tanggal 8 Maret 1942 tentara Hindia Belanda menyerah tanpa syarat kepada pihak Jepang di Kalijati. Dengan demikian Belanda menyerahkan seluruh wilayah Hindia Belanda kepada pemerintah bala tentara Jepang.
• Kedatangan tentara Jepang pada mulanya mendapat sambutan baik oleh sebagian rakyat Indonesia karena mereka datang dengan semboyan sebagai saudara tua yang akan membebaskan bangsa-bangsa Asia dari penjajahan Barat. Namun pendudukan Jepang di Indonesia dalam beberapa bulan saja telah menunjukkan kekejamannya, bala tentara Jepang melakukan penindasan, pemerasan tenaga, perampasan kekayaan alam dan sebagainya.
Hilangnya Simpati rakyat kepada jepang
Jepang pada mulanya mendapat sambutan baik oleh sebagian rakyat Indonesia karena mereka datang dengan semboyan sebagai saudara tua yang akan membebaskan bangsa-bangsa Asia dari penjajahan Barat. Namun pendudukan Jepang di Indonesia dalam beberapa bulan saja telah menunjukkan kekejamannya, bala tentara Jepang melakukan penindasan, pemerasan tenaga, perampasan kekayaan alam dan sebagainya.
• Semua organisasi politik yang ada pada saat itu dilarang. Satu-satunya organisasi politik berdasarkan agama Islam dibentuk pada zaman Jepang adalah Masyumi (Majelis Syuro Muslimin) pada tanggal 22 November 1943.
Usaha Mengembalikan simpati Rakyat Indonesia
• Untuk menarik simpati takyat Indonesia Jepang telah melaksanakan politik propanganda, adalah sebagai berikut :
• Jepang menyatakan bahwa mereka adalah saudara tua bagai bangsa-bangsa di Asia. Bangsa Indonesia menganggap pernyataan tersebut sebagai hal yang benar, karena bahwa bangsa jepang hampir mirip dan memiliki persamaan dengan bangsa Indonesia.
• Adanya semboyan bangsa Jepang yang terkenal dengan Gerakan Tiga A yakni : Jepang pemimpin Asia, Jepang cahaya Asia, Jepang pelindung Asia
• Menarik simpati lewat pendidikan, para pelajar Indonesia diundang untuk beljar di Jepang melalui program bea siswa yang mereka sediakan.
• Jepang berusaha untuk meraik simpati lewat program haji ke Makkah bagi orang-orang yang beragama Islam.
• Di bidang ekonomi, Jepang menjalankan politik dumping, yakni menjual barang-barang dengan harga lebih murah di luar negeri dari pada di Jepang sendiri.
PERLAWANAN TERHADAP PENDUDUKAN JEPANG
Perlawanan secara Legal
Gerakan Tiga A
• Gerakan ini disebut Tiga A karena semboyannya yang terdiri atas tiga macam :
• Nippon pelindung Asia
• Nippon cahaya Asia
• Nipppon pemimpin Asia
• Gerakan ini diketuai Oleh Mr. Syamsuddin, tokoh Parindra Jawa Barat. Gerakan ini tidak banyak menarik rakyat. Oleh karena itu pemerintah Jepang membubarkan gerakan ini pada tahun 1943 sebagai gantinya dibentuk Putera.
Pusat Tenaga Rakyat (Putera)
• Organisasi ini dibentuk pada 1 Maret 1943 dibawah pimpinan empat serangkai, yaitu Ir. Soekarno, Dr. Moh. Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan KH. Mas Mansyur.
• Mereka dinggap mewakili aliran-aliran yang terdapat dalam masyarakat Indonesia. Karena organisasi ini terlalu bersifat nasional, maka pada tahun 1944 dibubarkan oleh pemerintah Jepang dan kemudian membentuk Jawa Hokokai.
Perhimpunan Kebangkitan Jawa (Jawa Hokokai)
• Pimpinan dari organisasi ini di bawah komando militer Jepang. Organisasi ini tersusun dari tingkat pusat sampai ke tingkat daerah. Jawa Hokokai dibentuk karena perang sudah semakin meningkat. Rakyat dituntut agar memberikan pengabdin yang maksimal dan bersedia mengorbankan diri serta mempertebal rasa persaudaraan.
Pembela Tanah Air (Peta)
• Pembela Tanah Air (Peta) dibentuk pada tahun 1943, yang merupakan kesatuan militer bersenjata yang dibentuk atas inisatif Gatot Mangkupraja. Di sini pemuda-pemuda Indonesia dilatih kemiliteran Jepang untuk keperluannya. Ternyata Peta inilah nantinya merupakan tenaga inti untuk membela Republik Indonesia. Jepang memanfaatkan pendirian PETA untuk mengerahkan tenaga dalam rangka menghancurkan Sekutu, yang dianggap merupakan kemenangan terakhir.
Masyumi (Majelis Syuro Muslimin)
• Meskipun Jepang mengekang aktivitas semua kaum nasionalis, namun golongan nasionalis Islam mendapat perlakuan lain. golongan ini memperoleh kelonggaran, karena dinilai paling anti Barat. Jepang menduga bahwa golongan ini akan mudah dirangkul. Sampai bulan November 1943, Jepang masih memperkenankan berdirinya Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) yang dibentuk pada zaman Hindia Belanda. Para pemuka agama diundang ke jakarta oleh Gunseikan Mayor Jendela Okazaki, untuk mengadakan penukaran pikiran. Hasilnya adalah MIAI diakui sebagai organisasi resmi Umat Islam, dengan syarat harus mengubah asas dan tujuannya. Kegiatan MIAI terbatas pada pembentukan baitul mal (badan amal) dan menyelenggarakan peringatan hari-hari besar Islam. Organisasi ini mendapat simpati penuh dari umat Islam, sehingga tumbuh dan berkembang menjadi organisasi yang besar. Pihak Jepang mulai curiga terhadap MIAI. Tokoh MIAI di daerah-daerah mulai diawasi. MIAI yang selama itu dianggap sebagai organisasi resmi, masih juga tidak memuaskan Jepang, maka pada bulan Oktober 1943, MIAI dibubarkan dan diganti dengan Majelis Syuro Muslim Indonesia (Masyumi). Tokoh-tokohnya antara lain KH. Hasyim Asy’ari, KH. Mas Mansyur, KH. Fai Ma’ruf, Kartosudarmo, KH. Nachrowi, dan Zaenal Arifin.
•
Perlawanan Ilegal
Perlawanan ilegal ialah perlawanan dengan menggunakan organisasi gerakan di bawah tanah atau tidak sepengetahuan pemerintah Jepang. Golongan tersebut diantaranya :
• Golongan Amir Syarifuddin
• Golongan Sutan Syahrir
• Golongan Persatuan Mahasiswa
• Golongan Sukarni
• Golongan Kaigun
Pemberontakan-pemberontakan
Pemberontakan-pemberontakan yang terjadi di pelbagai daerah dan tempat merupakan akibat kekejaman yang dilakukan pihak bala tentara Jepang, yaitu :
• Karangampel, Sindeng (Kabupaten Indramayu) tahun 1943 di bawah pimpinan H. Madriyas dkk. Pemberontakan ini dapat ditindas Jepang.
• Di Sukamanah (Kabupaten Tasikmalaya) tahun 1944 di bawah pimpinan KH. Zainul Mustafa dkk,
• Di Blitar pada tanggal 14 Pebruari 1945 terjadi pemberontakan-pemberontakan pada Peta di bawah pimpinan Supriyadi.
• Di Aceh tahun 1942 terjadi pemberontakan di Lhok Suemawe di bawah pimpinan Teungku Abdul Jalil dan di Meulabu di bawah pimpinan R. Teuku Hamid. Pemberontakan-pemberontakan dapat dipatahkan Jepang.
• Perlawanan rakyat di Pontianak pada tahun 1944 yang menimbulkan pembunuhan besar-besaran di daerah itu.
• Perlawanan Rakyat di Biak, Irian Barat pada tahun 1943.
DAMPAK PENDUDUKAN JEPANG
Aspek Kehidupan Politik
• Pemerintah militer Jepang melarang berdirinya partai-partai politik di Indonesia. Untuk itu semua partai politik dibubarkan. Kegiatan politik Pergerakan Nasional Indonesia dikendalikan oleh Jepang dengan tujuan untuk membantu Jepang dalam perang. Jepang berusaha untuk mengerahkan semua orang demi usaha perangnya. Jawatan propaganda Jepang giat melancarkan propaganda yang pada pokoknya Jepang mengobarkan perang Asia Pacifik Timur Raya dalam rangka membebaskan Asia dan mempersatukan bangsa-bangsa Asia di dalam lingkungan kemakmuran berasama Asia Timur Raya di bawah pimpinan Jepang. Untuk mengurus pergerakan, maka Jepang mengeluarkan undang-undang no. 2 tanggal 8 Maret 1942, isinya, melarang orang-orang Indonesia memperbincangkan soal-soal pergerakan atau propaganda. Untuk mengawasi pelaksanaan UU tersebut Jepang membentuk Kempetai (Polisi Rahasia Jepang) dengan hukuman siksaan atau hukuman mati bagi orang yang melanggar.
Aspek Kehidupan Ekonomi
• Kegiatan ekomoni masyarakat Indonesia pada masa Jepang diarahkan untuk kepentingan Jepang. Jepang berusaha untuk menguasai dan mendapatkan semua sumber-sumber bahan mentah untuk industri Jepang. Jepang dalam rangka untuk mewujudkan ambisinya melaksanakan konsep ekonomi Hakko ichiu bahwa Jepang berkeinginan untuk menjadikan seluruh kawasn Asia Pacifik ada di bawah kendali Jepang dengan Asia Pacifik Timur Raya.
• Pemerintah pendudukan Jepang mulai mengeluarkan peraturan-peraturan untuk menjalankan ekonomi. Semua harta benda dan perusahaan perkebunan sekutu disita dan perusahaan vital seperti pertambangan, telekomunikasi dan perusahaan transport langsung dikuasai pemerontah Jepang. Jepang juga mengadakan pembatasan-pembatasan dan penguasaan alat-alat produksi yang merupakan ciri ekonomi perang. Sistim autarki artinya setiap daerah harus mencukupi kebutuhan sendiri serta harus dapat menunjang kebutuhan perang. Selain itu juga rakyat masih dibebani pekerjaan yang bersifat wajib. Rakyat dipaksa untuk dijadikan romusha dan melakukan
Aspek Kehidupan Pendidikan
• Kegiatan pendidikan pada zaman pendudukan Jepang mengalami penurunan yang drasts. Penurunan itu meliputi jumlah sekolah, jumlah murid, dan jumlah guru. Pada zaman Jepang untuk sekolah dasar hanya ada satu macam yaitu sekolah dasar lima tahun, sistem pengajaran dan kurikulumnya disesuaikan dengan kebutuhan dan kepentingan perang. Murid-murid diwajibkan masuk organisasi murid (pelajar yang disebut Gakutotai) mereka wajib mengikuti pelatihan dasar kemiliteran, juga wajib melakukan kerja bhakti (kinrohosy) antara lain mengumpulkan bahan-bahan yang diperlukan untuk perang, misalnya menanam pohon jarak, menyiangi sawah, membasmi hama. Jepang juga menanamkan semangat Nippon Sieshin (semangat Jepang). Para pelajar wajib hafal lagu kebangsaan Jepang, Kimigayo, upacara bendera yang disertai seikeirie (penghormatan terhadap kaisar Jepang dengan cara membungkukkan badan ke arah matahari terbit). Untuk para guru, Jepang mewajibkan untuk mengikuti kursus-kursus bahasa Jepang. Mereka yang lulus ujian diberi tunjangan tambahan. Melalui pendidikan, Jepang bermaksud mencetak kader-kader yang akan mempelopori dan merealisasikan konsepsi kemakmuran bersama Asia Timur Raya (Hakko ichiu) dan Jepang sebagai pemimpinnya.
• Pada tahun 1944 Jepang memberi wewenang kepada Jawa Hokokai untuk membuka sekolah-sekolah baru, sementara pihak swasta dibolehkan membuka sekolah kejuruan dan bahasa. Para guru juga diwajibkan untuk mengikuti dasar kemiliteran dan indoktrinasi.
• Sekolah-sekolah yang ada pada waktu itu adalah :
• Koo Kumin Gakku (Sekolah Rakyat) 6 tahun
• Tyu Gakku (SMP untuk pria) 3 tahun
• Dyoo Gankku (SMP untuk putri) 3 tahun
• Sekolah Menengah Tinggi
• Djan Sihan Gakku (SGB)
• Kooto Sihan Gakku (SGA)
• Ika Dai Gakku (Sekolah Tinggi Kedokteran)
• Shika Dai Gakku (Sekolah Tinggi Kedokteran Gigi)
• Kagyo Dai Gakku (Sekolah Tinggi teknik)
• kenkoku Gakuin (Akademi Pamongpraja)
•
Aspek Kehidupan Militer
• Pada bulan April 1943 didirikan dua organisasi pemuda Seinendan (Barisan Pemuda) dan Keibodan (Pembantu Polisi) yang langsung di bawah Gunseikan. Seinendan dimaksudkan sebagai tenaga cadangan perang, mereka diberikan pelatihan dasar militer. Anggota seinendan adalah pemuda yang berusia 14-22 tahun. Mereka yang lebih tua dimasukkan ke dalam Keibodan. Para pemuda Indonesia diberi kesempatan pula untuk dididik menjadi pembantu prajurit perang (Heiho). Tugas Heiho adalah melakukan pekerjaan-pekerjaan kasar seperti mengangkat perlengkapan militer dan memasak. Karena Jepang kekurangan tenaga kemudian Heiho ini diikutkan dalam pertempuran atau masuk pasukan tempur.
• Pada tanggal 3 Oktober 1943, dikeluarkan keputusan tentang pembentukan tentara pribumi yang diberi nama Pasukan Sukarela Pembela Tanah Air (Boei Gyugun) disingkat PETA. Perhatian para pemuda untuk masuk Peta cukup besar, terutama pemuda yang sudah tergabung dalam Seinendan atau Gakutotei. Anggota Peta berasal dari berbagai golongan masyarakat. Bersamaan dengan pembentukan Peta di Jawa, di Sumatra dibentuk tetara sukarela yang disebut Gyugun.
• Manfaat utama yang diperoleh bagi para pemuda-pemuda Indonesia dalam Peta dan gyugun adalah gemblengan fisik dan semangat cinta tanah air, serta kepercayaan diri yang besar. Kaum nasionalis mengarahan mereka untuk kepentingan perjuangan. Peranan mereka amat besar pada masa awal kemerdekaan.
Aspek Kehidupan Birokrasi
• Bulan Agustus 1942 keluar UU No. 27 tentang Aturan Pemerintah Syu dan Tokubetsu yang mengakhiri pemerintahan sementara, diganti pemerintahan militer dan diadakan penggantian pegawai sipil Indonesia dengan pemerintahan sipil Jepang. Berdasarkan UU tersebut, pulau Jawa dijadikan sumber perbekalan perang di wilayah Selatan. Untuk itu dibentuklah daerah Syu (Karesidenan), Syi (Kotamdaya), Ken (Kabupaten), Gum (Kewedenan), Son (Kecamatan), Ku (Kelurahan/Desa), Syu merupakan daerah otonomi di bawah Shucokan (Gubernur). Seteleh Jepang melemah dalam perang pacifik, tenaga bangsa Indonesia kembali sebagai penasehat militer. Dibentuk badan pertimbangan pusat (Chou Sangi In) dalam karesidenan dan kota praja dibentuk Syu dan Tokubetsu Syi Sangi Kai. Pemerintah militer disebut Gum Sheikan yang dijabat kepala staf tentara.
Aspek Kehidupan Kebudayaan
• Di bidang kebudayaan para seniman diberi fasilitas yang cukup, umumnya seni panggug diperbolehkan keliling desa untuk menghibur rakyat, selain itu bioskop keliling sampai ke desa-desa kesemuanya itu ditujukan untuk meningkatkan patriotisme dan memuji Dai Nippon.
Aspek Penggunaan Bahasa Indonesia
• Di samping bahasa Jepang, bahasa Indonesia mengalami perkembangan pesat selama masa pendudukan Jepang. Usaha memperkaya perbendaharaan bahasa dilakukan oleh para ahli bahasa dengan membentuk Komisi Bahasa Indonesia pada tanggal 20 Oktober 1942. Nama kota yang menggunakan bahasa asing diganti dengan nama yang ada dalam bahasa Indonesia, misalnya Batavia diganti dengan nama Jakarta.
• Gerakan indonesianisasi justri memicu dintingkatkannya pengajaran Bahasa Jepang. Bahkan dianjurkan untuk diberikan tunjangan-tunjangan istimewa kepada mereka yang telah menunjukkan kecakapan menggunakan bahasa Jepang pada tingkat I, II, III, IV dan V (sesuai dengan pengumuman Gunseikanbu tanggal 27 Juli 1943).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar