Islam mendorong umatnya untuk menjadi Saudagar / Pengusaha dengan cara kerja keras dan hemat, yang bertujuan ibadah kepada Allah. Nabi mengatakan, “Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah.” Hadist lainnya, “Sesungguhnya yang paling baik dimakan oleh seseorang adalah yang berasal dari usahanya sendiri.
Tapi mengapa penduduk Indonesia yang mayoritas beragama Islam belum maju dalam bidang ekonomi ?
Dalam Islam, bekerja mencari nafkah merupakan sarana ibadah kepada Allah SWT. Bisnis merupakan bagian integral yang tidak bisa dipisahkan dengan kehidupan agama. Oleh karena itulah muncul istilah ‘spiritual entrepreneur’, yaitu bagaimana umat Islam berbisnis dengan tetap menggunakan rambu-rambu yang sudah ditetapkan dalam agama.
Dengan demikian, aktivitas usaha menjadi entrepreneur tidak hanya mendapatkan kekayaan dunia, tetapi juga pahala di akhirat. Karena itu dalam Islam, bekerja mencari nafkah merupakan sarana ibadah kepada Allah.
Ayat-ayat al-Qur’an tentang perintah mencari rizki, antara lain: ‘Dan kami jadikan siang untuk mencari penghidupan’, (Al-Naba’, [78]:11). ‘Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi, dan carilah karunia Allah’, (Al-Jumu’ah [62]:10).
Sebuah Hadis mengatakan bahwa 90% rezeki itu ada di dunia perdagangan (bisnis). Nabi adalah contoh seorang pebisnis ulung yang tidak hanya berdagang di kota Mekkah, tapi jauh sampai ke Syria.
Para Nabi adalah Pengusaha / entrepreneur
Dalam al-Qur’an disebutkan bahwa para Nabi adalah kaum profesional yang mempunyai jiwa wiraswasta. Seperti Nabi Daud adalah pandai besi, Nabi Musa adalah penggembala, Nabi Yusuf adalah seorang menteri.
Begitu pula Nabi Muhammad SAW yang memulai karir sebagai Saudagar / Pedagang sejak usia 18 tahun. Setelah tidak lagi jadi penggembala, beliau suka membeli barang-barang dari pasar dan kemudian menjualnya. Lalu, beberapa tahun kemudian setelah citranya sebagai pedagang yang jujur dan cerdas semakin terbukti, beliau dipercaya oleh pemilik modal untuk menjalankan modalnya.
Pengertian Entrepreneurship
Istilah entrepreneurship berasal dari bahasa Perancis berarti menjalankan dan melakukan. Pelakunya disebut entrepreneur, bermakna orang yang berani memutuskan dan mengambil resiko dari satu atau lebih pilihan yang semuanya mempunyai manfaat dan resiko yang berbeda.
Di Indonesia disebut: 1. Wirausaha, 2. Wiraswasta, 3. Pengusaha
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, entrepreneur adalah orang yang pandai atau berbakat mengenai produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkan, serta mengatur permodalan operasinya.
Menurut Raymond Kao: Orang menciptakan kemakmuran dan proses peningkatan nilai tambah melalui inkubasi gagasan, memadukan sumber daya, dan membuat gagasan menjadi kenyataan
Rhenald Kasali: Entrepreneur adalah seseorang yang menyukai perubahan, melakukan berbagai temuan yang membedakan dirinya dengan orang lain, menciptakan nilai tambah, dan memberikan manfaat bagi dirinya dan orang lain.
Sejarah Entpreneurship
Istilah entrepreneur bukanlah sesuatu hal yang baru. Ia berkembang berdasarkan naluri, personality, dan alamiah, sama dengan pengusaha. Dalam skala lebih kecil, pedagang kaki lima juga entrepreneur, yaitu orang yang berusaha sendiri dan tidak bekerja untuk orang lain, tetapi bekerja untuk diri sendiri.
Entrepreneur itu adalah seorang yang berusaha berpikir beda, seperti Marcopolo, Christopher Columbus, dll. Pada awalnya, istilah ini bermakna mengambil resiko, lalu berkembang menjadi manfaat untuk menukar resiko yang akan terjadi.
Sejalan dengan Revolusi Industri, khususnya setelah James Watt menemukan mesin uap, istilah ini juga berkembang dan berubah makna dari sekedar menawarkan manfaat menjadi memanfaatkan informasi dari yang ada (penemuan-penemuan), kemudian berubah lagi dari memanfaatkan informasi menjadi peluang bisnis, dan begitu seterusnya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahun dan teknologi.
Entrepreneurship saat ini menjadi tren karena dipengaruhi oleh perkembangan wirausaha di negara-negara maju. Mereka menjadi motor penggerak kebangkitan ekonomi sebuah negara. Seperti Bill Gates atau Jeffry Yang (Yahoo). Juga seperti Ciputra, Bakrie, Gobel, Hasyim Ning, dll., di Indonesia.
Berbeda dengan masa sekarang, dulu orang senang menjadi karyawan atau pegawai (ambtenar). Namun, seiring dengan perkembangan pengetahuan dan wawasan masyarakat, mereka mulai menyadari keuntungan menjadi entrepreneur, ditambah lagi dengan banyaknya ‘success story’ para pengusaha baru dengan usahanya sehingga memotivasi masyarakat menjadi pengusaha.
Rasio dan motivasi entrepreneurship seseorang juga tergantung etos budaya suatu masyarakat. Di Amerika Serikat, entpreneur berbanding 1 : 12, sedangkan di Indonesia, baru sekitar 6% dibandingkan jumlah penduduk.
selingan : anda ingin mengetahui cara membuat krupuk rambak ??? silahkan dowload gratis : klik di sini !
Ciri-ciri Entrepreneur
ada 5 ciri entrepreneur:
1. Berani mengambil resiko
2. Menyukai tantangan
3. Punya daya tahan yang tinggi
4. Punya visi jauh ke depan
5. Selalu berusaha memberikan yang terbaik
MOTIVASI ENTREPRENEURSHIP SESEORANG JUGA TERGANTUNG ETOS KERJANYA
PENGERTIAN ETOS DAN KERJA
‘Etos’ dari segi bahasa berasal dari bahasa Yunani berarti watak atau karakter. Makna lengkapnya adalah karakteristik, sikap, kebiasaan, dan kepercayaan, yang sifatnya khusus tentang seorang individu atau sekelompok manusia.
Dari perkataan ‘etos’ ini, terambil kata ‘etika’ dan ‘etis’ yang merujuk kepada makna ‘akhlaq’ atau bersifat ‘akhlaqi’. Yaitu, kualitas esensial seseorang atau suatu kelompok, termasuk suatu bangsa. ‘Etos’ juga berarti jiwa khas suatu kelompok manusia, yang dari jiwa khas itu berkembang pandangan bangsa tersebut tentang yang baik dan buruk. Inilah etika.
Istilah ‘kerja’ dan ‘amal’ terdapat dalam kosakata bahasa Indonesia, namun istilah ‘amal’ berasal dari bahasa Arab. Pengertian ‘kerja’ dalam bahasa Arab menunjukkan sebuah ‘tindakan’ dengan dua pengertian, yaitu “amal” dan “shun’un”. “Amal” adalah tindakan praksis, sedangkan “shun’un” bermakna membuat atau memproduksi atau mengolah sesuatu dari alam dalam arti secara artistik dan ketrampilan.
ETOS KERJA DALAM ISLAM
Ada beberapa ciri khas ‘etos kerja Islam’ yang dapat diimplementasi dari al-Qur’an dan Hadist, yaitu: menghargai waktu, ikhlas dan jujur, komitmen yang kuat, disiplin dalam bekerja, kreatif, percaya diri dan ulet, bertanggung jawab, melayani, memiliki harga diri, memiliki jiwa kepemimpinan, berorientasi masa depan, hidup hemat, jiwa wirausaha, insting bertanding dalam kompetisi kebaikan, keinginan mandiri, selalu belajar, orientasi pada produktivitas, perkaya jaringan silaturahmi, semangat perantauan, dan semangat perubahan.
Ajaran Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan Hadist telah menggariskan etos kerja Islam, yaitu:
1. Niat yang baik. Karena niat sangat menentukan terhadap nilai suatu ussaha, maka niat harus betul-betul tulus dan ikhlas kerena ibadah atau ridha Allah. Nabi bersabda: “ Sesungguhnya seluruh amal (pekerjaan) itu tergantung pada niatnya”. (H.R. Buhkhari dan Muslim). Niat adalah kunci dalam berusaha.
2. Konsep Ihsan dan Itqan dalam bekerja. Ihsan berarti perbuatan yang baik dalam arti sebaik mungkin, sedangkan Itqan berarti membuat atau mengerjakan sesuatu secara sungguh-sungguh dan teliti. Ini berarti bekerja tidak pernah bersikap ‘setengah-tengah’ atau ‘separoh hati’.
3. Tidak melalaikan kewajiban kepada Allah.
4. Menerapkan prinsip networking dan sinergi.
5. Dilandasi akhlak dan mantap yang baik.
6. Tidak mau melakukan kecurangan.
7. Menerapkan administrsi yang baik dan manajemen yang tepat.
8. Obyek usaha haruslah yang halal
DARI PERKATAAN ETOS INI, TERAMBIL KATA ETIKA DAN ETIS
ETIKA BISNIS DALAM ISLAM
Etika Bisnis dalam Islam, menurut Husein Sahata dan Mas’ud Alam Choudhory sebagai berikut:
1. Tujuan bisnis adalah beribadah kepada Allah dan memakmurkan kehidupan dengan mengelola bumi beserta isinya, seperti tersebut dalam surat al-Dzariyat 56-57.
2. Keseimbangaan antara pemenuhan kebutuhan jiwa dan jasmani, seperti tertera dala surat. (al-Qashash 77.
3. Mendapatkan rezeki disertai dengan tawakkal dan takwa kepada Allah. (Al-Mulk 15).
4. Usaha yang halal dan menghindari yang haram. “Katakanlah: ‘Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meski banyaknya yang buruk itu menarik hatimu.” (Al-Maidah 100).
5. Free-interest system, perekonomian Islam berdiri tanpa bunga. (Al-Baqarah 278-279).
6. Sistem bagi hasil; dikedepankan dalam merumuskan hubungan kerja antara tenaga kerja dan modal investasi. Islam mencanangkan hubungan antara pihak-pihak yang bertransaksi dalam hubungan partnership.
7. Joint venture, skema kerja dan bisnis dalam bentuk penyertaan modal. Investasi diarahkan kepada equity base fund ketimbang debt base fund.
8. Lembaga intermediary yang berkaitan dengan aktifitas karitatif (charity program). Keberkahan dalam bisnis dan kedermawanan. (Al-Nahl 71).
9. Menghindari pemanfaatan dan pemakaian sumber daya alam secara berlebihan.
10. Mengeluarkan zakat harta. (Al-Taubah 103)
11. Jujur, amanah dan paham aspek perdagangan. (Al-Baqarah 177)
ETIKA AGAMA
Tesis Max Weber , yang dipublikasikan dalam buku “The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism” menjelaskan bahwa “Etika Protestan” dan hubungannya dengan munculnya “semangat kapitalisme”. “Mengapa banyak orang Protestan kaya (kapitalis)?” Menurutnya, di kalangan Protestan sekte Calvinis, kerja keras adalah suatu keharusan bagi setiap manusia untuk mencapai kesejahteraan. Kerja keras ini merupakan panggilan agama untuk mencapai keselamatan hidup di akhirat, sehingga mereka dapat hidup lebih baik secara ekonomi. Dengan bekerja keras, hidup hemat, dan sederhana para pengikut ajaran Calvin tidak hanya hidup lebih baik, tetapi mereka mampu pula menfungsikan diri mereka sebagai wiraswasta yang tangguh dan menjadikan diri mereka sebagai tulang punggung dari sistem ekonomi kapitalis.
Menurut sumber-sumber literatur, bahwa etika bisnis banyak didasari oleh ajaran-ajaran agama. Nilai-nilai agama mendorong penganutnya untuk aktif mengembangkan akumulasi dan penggunaan kekayaan. Seperti entrepreneurship orang Cina yang dipengaruhi ajaran Konghucu melalui nilai-nilai Tao tentang kerja keras dan kebajikan. Seperti Korporat Acer.
Islam juga mendorong umatnya untuk menjadi entrepreneur dengan cara kerja keras dan hemat, yang bertujuan ibadah kepada Allah. Nabi mengatakan, “Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah.” Hadist lainnya, “Sesungguhnya yang paling baik dimakan oleh seseorang adalah yang berasal dari usahanya sendiri.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar