mungkin rizqi anda :

Selamat Datang ! Selamat Membaca ! jumlah pengunjung dari negara: ...

free counters

Senin, 27 September 2010

DAGANGAN BARU DI ERA PERDAGANGAN BEBAS


Pentingnya Etika Bisnis

Maju mundurnya suatu bangsa terletak pada budi pekertinya. Di jaman modern seperti sekarang ini nilai budi pekerti semakin menjadi jelas. Perang pada Era Perdagangan Bebas, bukan lagi masalah perang harga dan barang, tetapi juga perang kebudayaan. Etika atau budi pekerti merupakan ujung tombak dari kebudayaan suatu bangsa. Maraknya pusat grosir dan minimarket baru ternyata bukan penyebab utama kehancuran para pedagang kita, setengahnya lebih karena kedatangan sopan santun dengan wajah baru, yang berbeda dengan bentuk yang selama ini kita miliki.
Akibatnya Toko-Toko dan warung-warung tampak suram. Dimanakah kesalahan pedagang kita ? apa yang harus dibenahi ?

Indonesia memulai perdagangan bebasnya sejak Januari 2010. Perdagangan bebas adalah sebuah konsep ekonomi di mana penjualan produk dan barang serta jasa antar negara tidak dikenakan pajak ekspor-impor atau hambatan perdagangan lainnya. Perdagangan bebas dapat dikatakan sebagai tidak adanya hambatan yang dibuat oleh pemerintah dalam perdagangan antar individu dan perusahaan yang berada di negara yang berbeda.Dalam tahun 2010 ini ada perdagangan bebas antara China dan ASEAN.
Apa keuntungan dari perdagangan bebas ini?
Adalah bahwa negeri kita tidak bisa lagi terisolasi dengan negara-negara lain. Kita pun menjual produk ke negara lain tanpa adanya tarif bea masuk. Bila Indonesia mau melindungi barangnya dengan mengenakan tarif, maka sebenarnya negara kita mengisolasi diri. Dan negara lain pun akan mempraktikkan hal yang sama.dan dengan adanya harga yang lebih murah maka masyarakat bisa membeli produk dengan harga murah sehingga menguntungkan masyarakat sendiri.
Lalu apa kerugiannya ?
Bahwa pabrik-pabrik dan industri terutama tekstil, makanan, mainan anak-anak akan terancam gulung tikar akibat ketidakmampuan bersaing dengan barang sejenis yang diproduksi negara lain terutama China. Bila pabrik-pabrik ini gulung tikar, maka dikhawatirkan akan menyebabkan PHK bagi ribuan karyawan, yang pada akhirnya berdampak kepada keluarga dan juga memengaruhi stabilitas masyarakat
Dagangan paling menentukan pada era pasar bebas ini bukan cuma barang, tetapi budi pekerti atau etika. Sebuah bangsa yang rakyatnya masih suka membuang sampah sembarangan, meludah sembarangan, sulit akan menjadi negara yang didatangi para turis. Keramahan adalah industri besar pada hari ini. Dan turisme itu bukan cuma bermodal alam, tetapi juga modal kebudayaan. Pasar bebas sudah dimulai. Tetapi lihatlah kemajuan etika di sekitar ini, terlihat lambat sekali.

Seseorang bisa bernasib sial, bukan karena menjadi jahat. Kebiasaan-kebiasaan buruk yang dimiliki tanpa sadar telah menjadi penyebabnya. Seorang pembeli merasa kapok dan bersumpah untuk tidak berbelanja lagi di suatu warung yang ia datangi seumur hidupnya, hanya karena muka masam penjualnya. Karena miskinnya keramahan di wajah-wajah mereka. Ada yang melayani dengan ogah-ogahan, ada pula yang makin laris malah makin uring-uringan

Kehancuran pedagang kelontong kita, ternyata bukan hanya karena maraknya pusat grosir dan minimarket baru. Kehancuran pedagang kita, setengahnya lebih karena kedatangan “Dagangan Baru” yaitu sopan santun dengan “wajahnya yang baru” itu, yang mendadak membuat kegagalan sopan santun kita kelihatan nyata.

Ada aset yang harus diselamatkan dari ekonomi rakyat ini di luar persoalan mutu barang, yakni mutu kesadaran. Padahal alat kesadaran itu mudah dan murah, cukup melihat dan meniru. Ada kebaikan di mana-mana, ada pembelajaran di mana-mana.
Perdagangan bebas adalah hal yang tidak bisa dihindari. Cukup berat menghadapi persaingan global ini.
Bagaimana seharusnya menyikapi hal seperti ini?
Perlu diingatkan bahwa globalisasi adalah hal yang tidak bisa dihindari. Yang dimaksud dengan globalisasi adalah adanya keseragaman selera, teknologi dan budaya di seluruh dunia. Bila dulu kita dibatasi oleh budaya dan negara, maka sekat-sekat itu sudah hilang.
Lembaga sosial dan keagamaan perlu diberi kesempatan memberikan penilaian kritis terhadap dampak dari globalisasi seperti materialisme dan konsumerisme. Untuk mengajarkan bahwa tujuan hidup bukan menjadi materialistis, tetapi materi adalah alat untuk menggenapi tujuan hidup kita. Jangan sampai masyarakat terjebak kepada konsumerisme sehingga falsafah hidup ditinggalkan..
Perlu melibatkan lembaga swadaya dan memberdayakan rakyatnya dengan berbagai keterampilan. pelatihan keterampilan yang murah bahkan bersifat gratis jika memungkinkan.
Sudah menjadi kenyataan bahwa walaupun produk barang murah, tetapi jika mutu tidak ada maka barang itu akan ditinggalkan..
Kita sadar akan bahaya dari globalisasi dan perdagangan bebas. Tetapi ketika ini tidak dapat dihindari, maka harus berani dihadapi. kita harus buat gerakan untuk mencintai produk sendiri.
Dampak sosial dari sistem perdagangan terbuka dan sistem kapitalis ini, akan ada yang menang dan ada yang kalah. Pemerintah harus hadir untuk menolong kaum yang kalah ini antara lain dengan pengadaan bursa kerja dibuat lebih efektif, sehingga ketika ada yang kena PHK dengan mudah mendapat informasi dalam mendapatkan pekerjaan baru.
Akhirnya mari kita ingat Pesan Nabi Muhammad saw : “ Barang siapa yang menginginkan kekayaan dunia, maka wajib memiliki ilmu, dan barang siap menginginkan kebahagiaan Akherat, wajib memiliki ilmu pula “ ! ( Hadist )
Mari kita belajar untuk mendapatkan ilmu dunia dan ilmu akherat, sehingga persoalan yang kita hadapi dapat diselesaikan.

Silahkan baca juga artikel di bawah ini...



Widget by Hoctro | Jack Book

Tidak ada komentar:

Posting Komentar